Kucing besar jenis Mine Coon itu ditemukan oleh para petugas pemadam kebakaran pada hari ayah 1996. Bulunya yang panjang dan berwarna jingga dalam keadaan kusut dan hangus. Dia tergeletak sekarat di sisa-sisa arang bekas api yang berkobar tak terkendali di Alaska pada tahun itu. Walaupun sangat kesakitan, kucing tersebut mengeong lembut ketika disentuh.
Saat pertama kali melihat kucing yang mengalami luka bakar parah itu, si dokter hewan menangis. Belum pernah dia melihat binatang dengan luka - luka separah itu. Api tersebut telah membuat si kucing kehilangan kedua kaki belakangnya dan seluruh jari kaki depannya. Si dokter hewan khawatir korban kebakaran yang paling baru itu tidak akan bertahan lama.
Namun kucing itu ternyata sangat tangguh. Bumpus, nama yang dioberikan kepadanya, tampak tidak menyadari kecacatannya. Begitu mulai sembuh, ia berjuang dengan penuh tekad untuk berjalan kembali. Dan orang - orang terkejut ketika lambat laun usahanya berhasil.
Bumpus menjadi kesayangan para sukarelawan penyelamat yang membantu staf klinik merawatnya. Setelah menghadapi sekian banyak kerusakan, keputusasaan, dan kematian yang ditimbulkan oleh kebakaran itu, kehadiran kucing yang ramah dan tabah ini bisa mendorong semangat dan membantu para sukarelawan itu untuk meneruskan pekerjaan mereka.
Salah seorang sukarelawan, seorang wanita bernama Sharon, jatuh cinta kepada kucing besar berwarna jingga itu. Setelah tugasnya di Alaska selesai, Sharon tidak sampai hati meninggalkan Bumpus. Jadi, ketika Bumpus sudah cukup sehat, Sharon membawanya pulang ke Misouri.
Selain melakukan pekerjaan penyelamatan darurat, Sharon juga menjadi sukarelawan di perkumpulan kemanusiaan setempat. Spesialisasinya adalah merawat anak - anak kucing yang sakit atau terluka di rumahnya dan mengurus mereka sampai sembuh.
Tidak lama setelah Bumpus tinggal di rumahnya, Sharon membawa pulang beberapa ekor anak kucing yang luka parah dan memerlukan perawatan khusus. Dua diantara anak kucing tersebut harus diamputasi salah satu kakinya. Setelah operasi, salah satu dari kedua anak kucing yang berusia 2 bulan --anak kucing betina bernama Minus -- pulang dari tempat dokter hewan, lari keluar kandangnya, dan langsung melompat ke tempat tidur. Tampaknya dia sama sekali tidak menyadari bahkan satu kaki depannya sudah tidak ada.
Tapi anak kucing satunya yang bernama Cheerio mengalami trauma akibat operasi tersebut. Tidak seperti kucing lainnya yang pernah dirawat Sharon setelah menjalani amputasi, Cheerio tampaknya tertekan karena kehilangan satu anggota tubuhnya. Dia terus menangis, dan ketika mencoba berjalan, dia selalu jatuh dan pada akhirnya jungkir balik. Dia melampiaskan rasa frustasinya dengan menggigiti karpet dan menggeram pada apa saja di sekitarnya. Kadang - kadang dia bersembunyi di kolong tempat tidur, tidak mau keluar.
Melihat keadaan Cheerio yang demikian, Sharon khawatir kucing tersebut akan sakit dan mati. Dia harus bertindak, tapi bagaimana? Lalu pandangannya tertuju pada Bumpus yang sedang asyik merapikan bulunya di tempat yang terkena cahaya matahari di lantai. Sharon berpikir Bumpus akan dapat menolong Cheerio.
Sharon telah mengisolasi kucing - kucing yang terluka itu di satu kamar, supaya mereka tidak terlalu aktif. Ketika membukakan pintu ke ruangan tersbeut untuk Bumpus, kucing itu menghampiri Cheerio yang sedang menangis, sambil terus berkomunikasi dengannya sepanjang jalan. Dia langsung mendekati anak kucing itu, lalu menaruh kedua kaki depannya di tubuh kecil Cheerio yang cacat dan memeluknya, seperti anak kecil menggendong bonekanya.
Kemudian Bumpus mulai menggosok-gosokkan kepalanya di kepala Cheerio sambil menjilati wajah anak kucing itu. Tak lama kemudian, Cheerio berhenti menangis dan mulai mengeong pelan. Kucing kecil berkaki tiga itu -- yang tidak dapat menyambut perasaan sayang dari manusia -- dengan cepat memberi respons pada kasih sayang sesama kucing berwarna jingga yang merupakan versi dirinya sendiri yang lebih besar, dan yang pernah mengalami hal yang seperti dirinya.
Dalam beberapa hari berikutnya, Cheerio dan Bumpus sudah tidak terpisahkan lagi. Walaupun tidak suka berada di dekat saudara - saudaranya yang lain, Cheerio selalu ingin dekat dengan Bumpus. Sering kali Sharon melihat Cheerio dan Bumpus sedang berbaring rapat bersama-sama di tempat tidur. Padahal biasanya Cheerio tidak mau naik ke situ, dan lebih memilih bersembunyi di kolong.
Berkat terapi dari Bumpus, Cheerio bisa ceria kembali, dan akhirnya dia diadopsi oleh sebuah keluarga baru yang menyayanginya.
Sejak saat itu Bumpus menjadi senjata rahasia Sharon. Setiap kali mendapat masalah dengan anak kucing, Sharon melibatkan Bumpus dan menunggu keajaiban yang pasti terjadi.
Bumpus juga menebarkan pengaruhnya yang luar biasa ke orang - orang. Sharon sering kali membawanya mengunjungi anak - anak di bagian onkologi pediatrik di sebuah rumah sakit setempat. Anak - anak sangat terpengaruh ketika melihat akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran itu pada diri Bumpus, dan menyaksikan bagaimana tekadnya yang besar untuk bertahan hidup telah membantunya. Dengan antusias mereka mengulurkan tangan untuk membelai kucing bear yang pemberani itu. Dan bunyi meongnya yang ramah tampaknya bisa meredakan rasa takut mereka.
Sharon tidak merasa heran akan kemampuan Bumpus, sebab dia sudah lama tahu. Kucing yang luar biasa ini memiliki jiwa menyembuhkan yang sangat besar yang lebih dari cukup untuk membuat bisa berbagi dengan yang lain.
Kisah dikutip dari : Chicken Soup for the Cat & dogs lover's soul
No comments: Kisah Bumpus, seekor kucing terapi luar biasa dari Alaska
Post a Comment